Berapa macam bau yang mampu anda kenal dengan alat penciuman anda? 
Jawabnya ialah: Jika anda tidak merokok, anda akan mampu membedakan 
sekitar dua ribu bau – bauan yang berbeda. Kemampuan itu hanyalah 
setengah dari kemampuan yang dapat dilakukan oleh orang biasa pada waktu
 seratus tahun yang lalu.
Menurut Prof. Wilhem Neuhaus, manusia telah merusak ketajaman 
penciumannya, sehingga berada dibawah kemampuan hewan yang paling 
primitif sekalipun. Anjing pelacak polisi mampu mencium bau – bauan yang
 jaraknya jauh dan ketajamannya sejuta kali ketajaman manusia. Seorang 
yang pekerjaannya banyak berhubungan dengan bau–bauan akan dapat 
mengembangkan penciuman sedemikian rupa, sehingga sulit dipercaya. 
Misalnya seorang ahli kimia pembuat parfum, dapat membedakan dengan 
cepat lima ribu macam bau – bauan. Dan menurut para ahli, orang yang 
penciumannya paling peka didunia, dapat membedakan dua belas ribu bau – 
bauan. Mengapa kita tak dapat melakukannya?
Potensi dari daya pencium kita adalah 120 kali lebih sensitive dari alat
 perasa kita. Ukuran hidung tak ada hubungannya sama sekali dengan 
kepekaan daya penciuman kita. Karena bagian yang menonjol dari hidung, 
seperti lubang hidung, samasekali tak mampu mencium apa – apa. Penciuman
 dilakukan oleh hidung bagian dalam yang terletak dibelakang mata,diatas
 dinding mulut.
Molekul bau – bauan dalam bentuk gas yang berjalan, meski dalam udara 
yang diam sekalipun, masuk kedalam bagian sel penciuman yang menimbulkan
 suatu reaksi kimia. Tidak seperti mata dan telinga, yang mampu 
memberikan respons pada getaran tertentu dan jarak getar yang tepat. 
Menurut suatu teori, makin bertambah tua kita, makin berkuranglah 
ketajaman alat penciuman kita.Anak yang
 berumur enam tahun mampu membedakan bau – bauan dua kali lebih banyak 
dari pada yang dapat dilakukan oleh orang berumur 36 tahun. Karena anak 
kecil sangat senang mencium bau – bauan yang ada disekitarnya.
Seorang ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan mengatakan, bahwa 
dengan hanya mempunyai keinginan untuk mencium bau – bauan yang ada di 
sekeliling kita, kita dapat memperbaiki ketajaman penciuman kita sampai 
dua puluh lima persen.
Di suatu laboratorium parfum di Perancis bekerjalah Paul Eymelin yang 
penciumannya paling sensitive di dunia. Dia mampu membedakan sebanyak 12
 ribu macam bau – bauan, dan dapat mengetahui bau parfum yang paling 
eksklusif sekalipun. Ahli parfum Inggris mempunyai ketajaman yang luar 
biasa lagi. Dia dapat mengenal bau parfum wanita yang duduk tiga baris 
dibagian depan pada pertunjukan konser. Seorang ahli parfum lainnya juga
 mampu menduga makanan utama apa yang terdapat dalam menu di suatu 
restoran, ketika dia membuka pintu restoran.
Para ahli Universitas Milan mengatakan, bahwa “rasa” bau diakibatkan 
adanya molekul yang tak nampak mendarat pada rambut halus dalam hidung. 
Rambut itu kemudian mencengkram molekul tadi selanjutnya terjadilah 
proses bau.
Makanan yang baunya sama, akan mempunyai rasa yang sama pula. Hal ini 
dapat Anda buktikan: cobalah ambil seiris kentang dan seiris apel. 
Tutuplah mata dan hidung Anda, kemudian makanlah. Anda tak akan dapat 
membedakan mana yang kentang dan mana yang apel.
Baru – baru ini perusahaan internasional dalam hal pencampuran makanan, 
mencoba memproduksi kopi. Warnanya seperti kopi, rasanya juga seperti 
kopi, tetapi baunya tidak seperti kopi. Penelitian yang dilakukan 
terhadap seribu orang wanita, ternyata hampir secara serempak menolak 
produksi itu.
Dr. Gustav Morler dari departemen kesehatan Munich
 University berkata, “Itulah sebabnya, jika anda meminum secangkir teh 
dan mengharapkan mempunyai rasa kopi, akan terasa enak. Sebab anda 
mencicipi kopi sebelum benar – benar lidah anda merasakannya.”
Contoh lain misalnya penelitian yang dilakukan oleh perusahaan minuman 
yang memberikan minuman berwarna seperti “strawberry” kepada beberapa 
orang. Setelah mereka minum dan kepadanya ditanyakan, apa yang ia minum,
 tanpa ragu-ragu mereka menjawab: “strawberry”, padahal yang mereka 
minum adalah “lemon squash”.
Kita manusia memiliki serat-serat perasa yang lebih sedikit dari hampir 
semua binatang. Manusia mempunyai “serat perasa” sebanyak 10 ribu buah, 
sedangkan sapi mempunyai 25 ribu buah.
Daya rasa kupu–kupu dua ratus kali lebih tajam dari perasa kita, burung 
450 kali dan ikan 500 kali, dan lebih mampu mengenal rasa sesuatu paling
 sedikit 20 kali lebih cepat dari yang dapat dilakukan oleh manusia, 
misalnya ada empat rasa yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Kita dapat 
merasakan suatu bagian kinine pada dua juta bagian air. Kita hanya 
membutuhkan waktu rata rata 0,307 detik untuk membedakan rasa asin, 
0,446 detik untuk merasakan rasa manis, 0,536 detik untuk asam dan 1,083
 detik untuk merasakan pahit. Padahal perasaan kita tetang pahit adalah 
paling tajam dari makhluk-makhluk lainnya.
Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh London Hospital School of 
psychology, kelezatan suatu makanan tergantung pada atau dipengaruhi 
oleh warna makanan itu.
Di suatu ruang perjamuan lampu penerangannya dibuat sedemikian rupa, 
sehingga makanan yang tersedia berubah warnanya: ungu untuk warna 
daging, sop menjadi hitam, dan warna kentang menjadi hijau. Akibatnya 
tak satu pun dari tamu-tamu yang diundang makan dapat menghabiskan 
makanan yang dijamukan. Beberapa orang hanya bisa makan dua sendok saja,
 padahal masakan yang disediakan itu adalah istimewa. Begitu penerangan 
dinormalkan kembali, selera makan para tamu segera bertambah melihat 
makanan itu.
Cobalah lebih banyak mendengarAkhirnya kita akan 
mencoba mengetahui kekuatan kita dalam mendengar. Seorang bernama 
william dikatakan hampir mendekati jenius, karena ia dapat hapal nama, 
alamat dan susu yang dipesan oleh para langganan sebanyak tiga ribu 
orang tanpa melihat daftar langganan.
Sebenarnya William tidak mempunyai pendengaran yang luar biasa. Dia 
hanya menanyakan apa yang diinginkan para langganan dan mendengarkan 
baik-baik apa yang dikatakan para langganan itu. Dengan demikian, dia 
termasuk di antara 25 persen penduduk elite yang mampu mendengarkan apa 
yang sebenarnya dia dengar.
Kebanyakan kita kurang dari 50 persen dapat mengingat apa yang telah 
dikatakan orang lain sesudah 20 detik pembicaraan selesai. Sepuluh menit
 kemudian masih untung kalau kita mampu mengingat 30 persen dari 
percakapan yang kita dengar tadi. Ini berarti dari 18 juta perkataan 
yang kita dengar pertahun, 12 juta begitu masuk telinga kiri, begitu 
keluar telinga kanan. Hal ini bukan berarti kita tuli, melainkan karena 
kita telah banyak berbicara daripada mendengar.
Sebenarnya mendengarkan itu tidak semudah seperti dugaan kita. 
Kebanyakan kita beranggapan, bahwa mendengarkan itu adalah suatu 
kegiatan yang sangat pasif, padahal merupakan suatu proses yang 
keaktifannya tinggi.
Seorang psikolog mengatakan, “Paling sedikit empat puluh persen dari pertengkaran-pertengkaran yang terjadi, di rumah maupun di sekolah, ditimbulkan karena salah dengar.”
Kita terlalu banyak melihat daripada mendengarkan. Nama dan 
informasi-informasi yang penting sering dilupakan, karena kita terlalu 
terhimbau oleh tampang orang yang memberikan informasi itu. Sering kita 
merasa yakin tentang apa yang dikatakan oleh pembicara, sehingga kita 
mendengarkan sepintas saja. Pikiran kita berpacu sepuluh kali lebih 
cepat daripada apa yang dapat kita ucapkan. Pada saat kita sedang 
menanti kata yang akan diucapkan orang, otak kita telah berada bermil-mil jauhnya.
“Mendengarkan adalah suatu seni,” kata seorang konsultan Auren Uris. 
“Dan itu dapat digunakan untuk mempengaruhi seseorang, sama halnya 
seperti pembicaraan, jika kita gunakan dengan cara yang jitu.”
Sukses diplomatik Mr. Robertson waktu membicarakan masalah perdamaian
 dengan presiden Korea Selatan Syngman Rhee untuk mengakhiri peperangan 
dengan Korea Utara puluhan tahun yang lampau adalah “mendengarkan 
baik–baik apa yang dikatakan oleh Rhee dengan penuh perhatian.” Para 
anggota parlemen terkejut sewaktu Rhee bagaikan mendadak menjadi lunak 
dan menyatakan bersedia membicarakan perdamaian di Korea Utara. Dia 
sadar, bahwa dia sedang menghadapi orang yang luar biasa, yaitu orang 
yang bersedia mendengar!
Presiden Lyndon Jhonson di kantornya di Gedung Putih menggantungkan kata-kata begini: “Janganlah Anda belajar sesuatu ketika sedang bercakap-cakap!”
Kita perlu sejak dini lebih banyak mendengar. Cobalah! Anda akan lihat sendiri hasilnya.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar