JIKA SATU NIKMAT ALLAH LEBIH BERAT TIMBANGANNYA DARIPADA IBADAH SELAMA 500 TAHUN
Senin, 01 Desember 2014
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju kami, lalu bersabda, ‘Baru saja kekasihku Malaikat Jibril keluar dariku dia memberitahu, ‘Wahai Muhammad, Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran. Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba di antara sekian banyak hambaNya yang melakukan ibadah kepadaNya selama 500 tahun, ia hidup di puncak gunung yang berada di tengah laut. Lebarnya 30 hasta dan panjangnya 30 hasta juga. Sedangkan jarak lautan tersebut dari masing-masing arah mata angin sepanjang 4000 farsakh. Allah mengeluarkan mata air di puncak gunung itu hanya seukuran jari, airnya sangat segar mengalir sedikit demi sedikit, hingga menggenang di bawah kaki gunung.
Allah juga menumbuhkan pohon delima, yang setiap malam mengeluarkan satu buah delima matang untuk dimakan pada siang hari. Jika hari menjelang petang, hamba itu turun ke bawah mengambil air wudhu’ sambil memetik buah delima untuk dimakan. Kemudian mengerjakan shalat. Ia berdoa kepada Allah Ta’ala jika waktu ajal tiba agar ia diwafatkan dalam keadaan bersujud, dan mohon agar jangan sampai jasadnya rusak dimakan tanah atau lainnya sehingga ia dibangkitkan dalam keadaan bersujud juga.
Demikianlah kami dapati, jika kami lewat dihadapannya ketika kami menuruni dan mendaki gunung tersebut.
Selanjutnya, ketika dia dibangkitkan pada hari kiamat ia dihadapkan di depan Allah Ta’ala, lalu Allah berfirman, ‘Masukkanlah hambaKu ini ke dalam Surga karena rahmatKu.’ Hamba itu membantah, ‘Ya Rabbi, aku masuk Surga karena perbuatanku.’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Masukkanlah hambaKu ini ke dalam Surga karena rahmatKu.’ Hamba tersebut membantah lagi, ‘Ya Rabbi, masukkan aku ke surga karena amalku.’
Kemudian Allah Ta’ala memerintah para malaikat, ‘Cobalah kalian timbang, lebih berat mana antara kenikmatan yang Aku berikan kepadanya dengan amal perbuatannya.’
Maka ia dapati bahwa kenikmatan penglihatan yang dimilikinya lebih berat dibanding dengan ibadahnya selama 500 tahun, belum lagi kenikmatan anggota tubuh yang lain. Allah Ta’ala berfirman, ‘Sekarang masukkanlah hambaKu ini ke Neraka!’
Kemudian ia diseret ke dalam api Neraka. Hamba itu lalu berkata, ‘Ya Rabbi, benar aku masuk Surga hanya karena rahmat-Mu, masukkanlah aku ke dalam SurgaMu.’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Kembalikanlah ia.’
Kemudian ia dihadapkan lagi di depan Allah Ta’ala, Allah Ta’ala bertanya kepadanya, ‘Wahai hambaKu, Siapakah yang menciptakanmu ketika kamu belum menjadi apa-apa?’
Hamba tersebut menjawab, ‘Engkau, wahai Tuhanku.’
Allah bertanya lagi, ‘Yang demikian itu karena keinginanmu sendiri atau berkat rahmatKu?’
Dia menjawab, ‘Semata-mata karena rahmatMu.’
Allah bertanya, ‘Siapakah yang memberi kekuatan kepadamu sehingga kamu mampu mengerjakan ibadah selama 500 tahun?’
Dia menjawab, ‘Engkau Ya Rabbi.’
Allah bertanya, ‘Siapakah yang menempatkanmu berada di gunung dikelilingi ombak laut, kemudian mengalirkan untukmu air segar di tengah-tengah laut yang airnya asin, lalu setiap malam memberimu buah delima yang seharusnya berbuah hanya satu tahun sekali? Di samping itu semua, kamu mohon kepadaKu agar Aku mencabut nyawamu ketika kamu bersujud, dan aku telah memenuhi permintaanmu!?’
Hamba itu menjawab, ‘Engkau ya Rabbi.’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Itu semua berkat rahmatKu. Dan hanya dengan rahmatKu pula Aku memasukkanmu ke dalam Surga. Sekarang masukkanlah hambaKu ini ke dalam Surga! HambaKu yang paling banyak memperoleh kenikmatan adalah kamu wahai hambaKu.’ Kemudian Allah Ta’ala memasukkanya ke dalam Surga.”
Jibril ‘Alaihis Salam melanjutkan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya segala sesuatu itu terjadi hanya berkat Rahmat Allah Ta’ala.” (HR. Al-Hakim, 4/250.)
Sumber : 99 Kisah Orang Shalih, penerbit Darul Haq.
Dari Jabir, ia berkata: saya pernah mendengar Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Amal saleh seseorang diantara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga dan tidak dapat menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat Allah.” (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)
Dalam riwayat lain berbunyi:
Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda: “Amal saleh seseorang diantara kamu sekali-kali tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Hai Rasulullah, tidak pula engkau?” Rasulullah menjawab, “Tidak pula aku kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku.” (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)
Imam Muhyiddin An-Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim; ketika mengompromikan kedua dalil tersebut diatas beliau menjelaskan:
Dan dalam kenyataan hadits-hadits ini ada petunjuk bagi ahli haq, bahwasanya seseorang tidak berhak mendapat pahala dan surga karena amal ibadahnya. Adapun firman Allah Ta’ala: “Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan,” dan “Itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan,” dan seumpama keduanya dari beberapa ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwasanya amal ibadah itu dapat memasukkan ke dalam surga, maka firman Allah itu tidak bertentangan dengan beberapa hadis ini.
Akan tetapi, ayat-ayat itu berarti bahwasanya masuknya seseorang ke dalam surga karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karunia-Nya. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XVII, halaman 160-161)
Dari Abdullah bin Fairuz ad-Dailami[Beliau adalah seorang Tabi’in senior yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihat kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 317).] beliau berkata: “Aku datang (menemui sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu dan aku berkata: “Timbul dalam diriku suatu (kerancuan dalam memahami) takdir Allah, sehingga aku khawatir agamaku (imanku) akan rusak, maka sampaikanlah kepadaku suatu (nasehat), supaya Allah menghilangkan kerancuan ini dari hatiku”.
Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sungguh seandainya Allah menyiksa semua makhluk yang ada di langit dan bumi maka Dia akan menyiksa mereka dan dia tidak berbuat zhalim/aniaya (dengan menyiksa mereka, karena mereka semua adalah milik-Nya), dan seandainya Dia merahmati mereka semua maka sungguh rahmat-Nya lebih baik bagi mereka daripada amal perbuatan mereka. Seandainya kamu bersedekah dengan emas sebesar gunung Uhud di jalan Allah maka Dia tidak akan menerimanya darimu sampai kamu mengimani takdir-Nya dan kamu mengetahui (meyakini) bahwa apa yang (Allah Ta’ala takdirkan) akan menimpamu maka tidak mungkin luput darimu, dan apa yang (Allah Ta’ala takdirkan) tidak akan menimpamu maka tidak mungkin menimpamu. Kalau kamu mati dalam keadaan tidak meyakini semua ini maka kamu akan masuk neraka!”.
Abdullah bin Fairuz ad-Dailami berkata: “Kemudian aku datang kepada (sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu maka beliau menyampaikan (nasehat) yang serupa, lalu aku datang kepada (sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu maka beliau menyampaikan (nasehat) yang serupa, kemudian aku datang kepada (sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu maka beliau menyampaikan (nasehat) yang serupa dari (sabda) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam[HR Abu Dawud (no. 4699), Ibnu Majah (no. 77) dan Ahmad (5/182), dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam “Silsilatul ahaadiitsish shahiihah” (no. 2439).]. Artinya: ucapan Ubay bin Ka’ab di atas bersumber dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam [Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (12/305).]. ·
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar