Adalah
Asy-Syaikh Tsana`ullah Al-Amru Tasri seorang ulama muslim dari negeri
India yang mengetahui cerita dari Mirza Ghulam Ahmad. Beliau termasuk
salah seorang ulama’ yang paling menentang tegas dan keras tentang
keberadan nabi palsu ini. Penolakan ini kemudian terdengar di telinga
sang nabi palsu tersebut. Maka karena geram, Ghulam Ahmad akhirnya
mengeluarkan pernyataan pada tanggal 15 April 1907 yang ditujukan kepada
Asy-Syaikh Tsana`ullah.
Pernyataan tegas Ghulam Ahmad tersebut berbunyi,
”
Engkau selalu menyebutku di majalahmu (‘Ahlu Hadits’) ini sebagai orang
terlaknat, pendusta, pembohong, perusak… Maka aku banyak tersakiti
olehmu… Maka aku berdoa, jika aku memang pendusta dan pembohong
sebagaimana engkau sebutkan tentang aku di majalahmu, maka aku akan
binasa di masa hidupmu. Karena aku tahu bahwa umur pendusta dan perusak
itu tidak akan panjang… Tapi bila aku bukan pendusta dan pembohong
bahkan aku mendapat kemuliaan dalam bentuk bercakap dengan Allah, serta
aku adalah Al-Masih yang dijanjikan maka aku berdoa agar kamu tidak
selamat dari akibat orang-orang pendusta sesuai dengan sunnatullah.”
”Aku
umumkan bahwa jika engkau tidak mati dan tidak diadzab oleh Allah
semasa aku hidup, maka berarti AKU BUKAN RASUL DARI ALLAH…
”Aku
berdoa kepada Allah, wahai penolongku Yang Maha Melihat, Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Berilmu, Yang mengetahui rahasia qalbu, bila aku ini
adalah pendusta dan perusak dalam pandangan-Mu dan aku berdusta atas
diri-Mu malam dan siang hari, ya Allah, maka matikan aku di masa hidup
Ustadz Tsana`ullah. Bahagiakan jamaahnya dengan kematianku –Amin–. Wahai
Allah, jika aku benar dan Tsana`ullah di atas kesalahan serta berdusta
dalam tuduhannya terhadapku, maka matikan dia di masa hidupku dengan
penyakit-penyakit yang membinasakan seperti tha’un dan kolera atau
penyakit-penyakit selainnya….Akhirnya, aku berharap dari Ustadz
Tsana`ullah untuk menyebarkan pernyataan ini di majalahnya. Kemudian
berilah catatan kaki sekehendaknya. Keputusannya sekarang di tangan
Allah.”
(kutipan ini dicatat oleh Ash Shamad al Mau’ud pada Tabligh Risalat juz 10 hal. 120)
Apa
yang terjadi? Setelah berlalu 13 bulan 10 hari dari waktu itu, justru
Ghulam Ahmad yang diserang ajal. Doanya menimpa dirinya sendiri.
Anak Mirza Gulam Ahmad yaitu Basyir Ahmad menceritakan:
Ibuku
mengabarkan kepadaku bahwa Ghulam Ahmad pergi ke WC langsung setelah
makan, lalu tidur sejenak. Setelah itu dia ke WC lagi. Maka dia pergi ke
sana 2 atau 3 kali tanpa memberitahu aku. Kemudian dia bangunkan aku,
maka aku melihatnya lemah sekali dan tidak mampu untuk pergi ke
ranjangnya. Oleh karenanya, dia duduk di tempat tidurku. Mulailah aku
mengusapnya dan memijatnya. Tak lama kemudian, ia pergi lagi ke WC.
Namun sekarang ia tidak dapat pergi ke WC, karena itu dia buang hajat di
sisi tempat tidur dan ia berbaring sejenak setelah buang hajat.
Kelemahan sudah mencapai puncaknya, tapi masih saja hendak buang air
besar. Diapun buang hajatnya, lalu dia muntah. Setelah muntah, dia
terlentang di atas punggungnya, dan kepalanya menimpa kayu dipan, maka
berubahlah keadaannya.”
(termaktub dalam risalah Siratul Mahdi hal. 109 karya Basyir Ahmad)
Mertuanya juga menerangkan:
“Malam
ketika sakitnya Mirza Ghulam Ahmad, aku tidur di kamarku. Ketika
sakitnya semakin parah, mereka membangunkan aku dan aku melihat rasa
sakit yang dia derita. Dia katakan kepadaku, ‘Aku terkena kolera.’
Kemudian tidak bicara lagi setelah itu dengan kata yang jelas, sampai
mati pada hari berikutnya setelah jam 10 pagi.”
(termaktub dalam risalah Hayat Nashir Rahim Ghulam Al-Qadiyani hal. 14)
Akhirnya dia mati tanggal 26 Mei 1908.
Sementara
Asy-Syaikh Tsana`ullah tetap hidup setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad
selama hampir 40 tahun. Allah Ta’ala yang maha berkuasa di atas
segalanya. Maka terkuak sudah tirai palsu sang pendusta… Wahai pemeluk
Ahmadiyah, akankah kau tetap beriman padanya…??? Semoga Allah Ta’ala
memberikan petunjuk bagi pemeluk ahmadiyah untuk kembali ke jalan Islam
di atas jalan as salafush shalih. ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar