Guru : “Murid2, sekarang kita belajar tata cara berwudhu sesuai Sunnah.”
Murid2 : (Bergumam: Hmm…itukan pelajaran anak2, kenapa diulang lagi?).
Guru : “Baiklah kalau begitu, mari kita mulai pelajarannya. Sebelumnya, adakah disini yang belum bisa berwudhu?”
Murid2 : (diam).
Guru : “Hm…berarti kalian sudah bisa berwudhu semua ya?”
Murid2 : “Sudah pak guru. Sejak kecil kami sudah bisa berwudhu.”
Guru
: “Baik kalau kalian sudah bisa semua, itu sangat bagus. Sekarang saya
ambil gayung, lalu saya isi dengan air sampai setengah gayung (ket:
gayung yang biasa untuk mandi). Nah…siapa yang bisa berwudhu dengan air
setengah gayung ini?”
Murid2 : (terdiam).
Guru : “Koq diam
semua?? Katanya sudah bisa semua?? Baiklah, gayungnya saya isi lagi
dengan air sampai penuh. Nah, siapa yang bisa berwudhu dengan air
segayung ini?”
Murid A : “Saya bisa pak guru! Tapi air segayung itu hanya bisa untuk membasuh tangan saja, belum yang lain.”
Guru
: “Hehehe…itu namanya bukan berwudhu, tapi cuci tangan. Air segayung
ini harus bisa dipakai untuk berwudhu secara keseluruhan, dimulai dari
membasuh tangan sampai kaki, masing2 sebanyak 3x. Ada yang bisa? Bagi
yang bisa, nanti saya kasih hadiah!”
Murid2 : (masih terdiam).
Guru : “Koq masih diam? Katanya sudah bisa sejak kecil?”
Murid
B : “Kalau pakai kran air, saya bisa pak guru. Tapi kalau pakai gayung,
saya bingung bagaimana caranya, kecuali kalau gayungnya ada yang
memegang untuk menyiramkan airnya ke saya, baru saya bisa pak guru.”
Guru : “Zaman Nabi dulu belum ada kran air seperti sekarang ini. Lantas seperti apa mereka berwudhu jika tidak ada kran air?”
Murid2 : “Iya ya? Seperti apa paka guru?”
Guru : “Ya seperti ini, dengan wadah. Kemudian airnya kita ciduk dengan tangan kita untuk berwudhu.”
Murid2 : “Nanti air yang bekas wudhu kita bisa jatuh lagi ke wadah, itu kan air Musta’mal? gak sah donk wudhunya nanti?”
Guru
: “Air Musta’mal (bekas berwudhu) boleh dipakai untuk berwudhu lagi.
Air itu suci dan mensucikan. Dalam Islam tidak ada istilah ‘Air
Musta’mal’. Adapun keterangan bahwa air yang musta’mal tidak boleh
dipakai untuk berwudhu kembali, maka hal itu tidak berdasarkan kepada
dalil yang shahih.
Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu berkata:
‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah keluar bersama-sama
kami ketika waktu tengah hari, lalu dibawakan air kepada beliau untuk
berwudhu’, dan beliau pun berwudhu’ dengannya. Kemudian para sahabat
mengambil sisa-sisa air wudhu’ beliau, lalu mengusapkan (berwudhu’)
dengannya.’ [Hadis Riwayat al-Bukhari, 1/319, no. 181 - Bab: Menggunakan
Sisa Wudhu’ Orang Lain].” Wallahu a’lam.
Murid2 : “Oo…berarti
selama ini kami keliru ya? Tapi bukankah berwudhu dengan air segayung
itu terlalu sedikit? Kalau ada bagian yang tidak terkena air wudhu, maka
bisa tidak sah wudhunya.”
Guru : “Air segayung ini masih terlalu
banyak untuk dipakai berwudhu. Kalau kalian ingin benar2 berwudhu
dengan mengikuti wudhunya Nabi, maka airnya harus kurang dari ini.
Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berwudhunya hanya dengan 1
mud air. Adapun 1 mud itu adalah sebanyak 1 genggaman tangan orang
dewasa.
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu : “Bahwasanya Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam biasa berwudhu dengan 1 mud ( 1 genggaman tangan orang
Arab zaman Nabi ) air dan mandi dengan 4 sampai 5 mud air.” (HR: Al
Bukhari no. 201, Muslim no. 325, menurut lafazh Muslim).
Supaya
anggota wudhu terkena air semuanya, maka harus benar2 ketika
membasuhnya. Bukan jaminan orang yang berwudhu dengan air banyak
sekalipun bisa terlepas dari ini, yaitu ada anggota wudhu yang tidak
terkena air jika wudhunya asal2an.
Nah sekarang, masing2 mengambil air segayung. Kita praktek berwudhu yang benar dan hemat. Ikuti saya:
Pertama, berniat dengan benar tanpa dilafazhkan. Setelah itu membaca Basmallah.
Kedua,
menciduk air dengan tangan kanan lalu cuci kedua telapak tangan kita
dengan air tersebut. Lakukan sebanyak 3x. Ambil air secukupnya saja,
jangan terlalu banyak.
Ketiga, menciduk air dengan tangan kanan
lalu masukkan air tersebut ke dalam mulut kita dan berkumur2 dengannya,
masih dalam posisi seperti itu, sisa air yang ada di tangan dihirup
(dihisap) oleh hidung kita dengan kuat/bersungguh2, lalu keluarkan
kembali air yang kita hirup dengan hidung kita. Lakukan sebanyak 3x.
Keempat,
menciduk air dengan tangan kanan lalu pakai untuk mencuci muka/wajah.
Gunakan kedua tangan kita untuk mencuci wajah. Lakukan sebanyak 3x.
Kelima,
menciduk air dengan tangan kanan lalu jatuhkan air tersebut ke tangan
kanan kita dan cuci tangan kanan kita sampai siku dengan menggunakan
tangan kiri. Lakukan sebanyak 3x.
Menciduk air lagi dengan tangan
kanan lalu jatuhkan air tersebut ke tangan kiri dan cuci tangan kiri
kita sampai siku dengan menggunakan tangan kanan. Lakukan sebanyak 3x.
Jangan lupa untuk mencelah-celahi jari tangan ketika mencuci agar air
bisa merata.
Keenam, masukkan kedua tangan kita kedalam gayung
(wadah) yang berisi air, lalu angkat tangan kita dari air, kemudian
percikkan air yang ada di tangan kita. Air yang masih menempel di kedua
tangan kita, kita gunakan untuk mengusap kepala kita, dimulai dari
bagian depan kepala kita, lalu diusap sampai ke bagian belakang kepala
(tengkuk), dan kembalikan lagi sampai ke bagian depan kepala. Setelah
itu kita lanjutkan dengan mengusap kedua telinga kita dengan menggunakan
bekas air yang masih tersisa dikedua tangan kita. Lakukan hanya sekali
saja.
Ketujuh, menciduk air dengan tangan kanan lalu jatuhkan air
ke kaki kanan kita, kemudian cuci kaki kanan sampai mata kaki dengan
tangan kiri. Lakukan sebanyak 3x.
Menciduk air dengan tangan kanan
lalu jatuhkan air ke kaki kiri kita, kemudian cuci kaki kiri sampai mata
kaki dengan tangan kiri. Lakukan sebanyak 3x. Jangan lupa untuk
mencelah-celahi jari kaki ketika mencuci agar air bisa merata. Ketika
mencelah-celahi jari kaki, ahsan (baiknya) menggunakan jari kelingking
kiri kita.
Dan terakhir, setelah selesai berwudhu, maka membaca doa setelah berwudhu sesuai dengan dalil yang shahih.
Lihat,
sisa air saya masih setengah gayung lagi. Berarti saya berwudhu hanya
menggunakan air sebanyak setengah gayung saja. Sangat menghemat dan
mudah bukan?”
Murid A : “Iya pak guru…Hemat sekali! Saya bisa berwudhu menggunakan air segayung!”
Murid B : “Kalau saya airnya masih tersisa sepertiga gayung lagi. Masya Allah…benar2 sangat menghemat dan sesuai Sunnah!”
Guru
: “Kalau kalian sudah bisa, maka amalkanlah tata cara berwudhu seperti
ini dalam kehidupan kalian. Semoga Allah senantiasa memberi kita ilmu
yang bermanfaat…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar