Guru : “Pertanyaan, apakah manusia berada dalam keadaan terpaksa atau diberi pilihan oleh Allah?”
Murid A : “Manusia itu dalam keadaan terpaksa, dan tidak diberi pilihan oleh Allah.”
Guru : “Apa dalilnya?”
Murid
A : “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka (yang sebenarnya) bukan
kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka,
dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang
melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang
baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS:
Al-Anfâl ayat 17).”
Guru : “Jika manusia dalam keadaan terpaksa,
mengapa ia dihisab pada hari kiamat? Dan juga bukankah manusia itu
memiliki kehendak, kemampuan untuk memilih?”
Murid A : …..
Guru : “Ada jawaban yang lain?”
Murid B : “Manusia itu diberi pilihan dan tidak dalam keadaan terpaksa.”
Guru : “Apa dalilnya?”
Murid
B : “Allah SUbhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Sesungguhnya Allah tidak
akan merubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri.’ (QS. Ar Ra’du: 11).”
Guru : “Jika manusia itu diberi
pilihan dan tidak dalam keadaan terpaksa, bukankah ia lahir tanpa
pilihannya? sakit tanpa kemauannya? mati tanpa pilihannya? dan
perkara-perkara lainnya yang diluar kehendaknya?!”
Murid B : ……
Murid A dan B : “Jadi jawaban yang benar apa guru?”
Guru
: “Sebenarnya pertanyaan tadi adalah pertanyaan yang menjebak. Jika
menjawab salah satu dari pertanyaan tersebut, maka seseorang bisa
terjatuh kepada pemahaman yang sesat. Contohnya adalah seperti jawaban
murid A, maka secara tidak sadar dia telah terjatuh kepada pemahaman
Jabariyah, yaitu salah satu pemahaman sesat dalam Islam. Sedangkan jika
dia menjawab seperti jawaban murid B, maka secara tidak sadar dia telah
terjatuh kepada pemahaman Qadariyah, yaitu salah satu pemahaman sesat
dalam Islam. Maka dari itu, sebelum menjawab suatu pertanyaan, cermati
dulu isi pertanyaannya, dan jangan sembarang menjawab, karena bisa jadi
pertanyaan tersebut hanya jebakan untuk kita. Alangkah baiknya
pertanyaan tersebut diganti menjadi: ‘Apakah manusia mempunyai
kehendak/kemampuan atau tidak?’ maka jawabannya sangat mudah dan tidak
menjebak, tidak akan ada perdebatan dan permasalahan yang akan terjadi.”
Murid A : “Jika ada pertanyaan, ‘Apakah manusia mempunyai kehendak/kemampuan atau tidak?’, maka apa jawabannya guru?
Guru
: “Jawabannya adalah manusia mempunyai kehendak untuk memilih dan
berkemampuan untuk berbuat, tapi kemampuan dan kehendaknya mengikuti
kehendak Allah, dan terjadi dengannya.”
Murid B : “Lantas guru,
jika ada seseorang yang bertanya kepada kami seperti pertanyaan pertama
yaitu apakah manusia berada dalam keadaan terpaksa atau diberi pilihan
oleh Allah? Biasanya yang suka bertanya tentang hal ini adalah
orang-orang dari Ahli Kalam. Apa yang harus kami perbuat, apakah diam
saja (tidak menjawab pertanyaan tersebut)?”
Guru : “Sebenarnya pertanyaan tersebut walaupun menjebak tapi ada jawabannya.”
Murid A dan B : “Apa jawabannya guru?”
Guru
: “Jawabannya adalah pertengahan di antara dua jawaban yang telah
kalian katakan tadi. Karena Ahlus Sunnah berada pada pertengahan
diantara dua kesesatan (yaitu Jabariyah dan Qadariyah). Manusia diberi
pilihan dari satu sisi dan dalam keadaan terpaksa dari sisi yang lain.
Dalil-dalilnya sama dengan yang kalian gunakan yaitu dengan cara
menggabungkannya, dan tidak dengan cara mengambil dalil yang sesuai
kemudian membuang dalil yang tidak sesuai dengan pemahamannya. Jadi
dilihat dalam keadaannya terlebih dahulu, tidak dijawab atau dilihat
secara mutlak (umum), karena hal ini butuh perincian. Wallahu a’lam.”
Murid A dan B : “Baik guru…” ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar