PERTANYAAN JEBAKAN SEPUTAR TAKDIR

Senin, 10 November 2014
Guru : “Pertanyaan, apakah manusia berada dalam keadaan terpaksa atau diberi pilihan oleh Allah?”

Murid A : “Manusia itu dalam keadaan terpaksa, dan tidak diberi pilihan oleh Allah.”

Guru : “Apa dalilnya?”

Murid A : “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS: Al-Anfâl ayat 17).”

Guru : “Jika manusia dalam keadaan terpaksa, mengapa ia dihisab pada hari kiamat? Dan juga bukankah manusia itu memiliki kehendak, kemampuan untuk memilih?”

Murid A : …..

Guru : “Ada jawaban yang lain?”

Murid B : “Manusia itu diberi pilihan dan tidak dalam keadaan terpaksa.”

Guru : “Apa dalilnya?”

Murid B : “Allah SUbhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.’ (QS. Ar Ra’du: 11).”

Guru : “Jika manusia itu diberi pilihan dan tidak dalam keadaan terpaksa, bukankah ia lahir tanpa pilihannya? sakit tanpa kemauannya? mati tanpa pilihannya? dan perkara-perkara lainnya yang diluar kehendaknya?!”

Murid B : ……

Murid A dan B : “Jadi jawaban yang benar apa guru?”

Guru : “Sebenarnya pertanyaan tadi adalah pertanyaan yang menjebak. Jika menjawab salah satu dari pertanyaan tersebut, maka seseorang bisa terjatuh kepada pemahaman yang sesat. Contohnya adalah seperti jawaban murid A, maka secara tidak sadar dia telah terjatuh kepada pemahaman Jabariyah, yaitu salah satu pemahaman sesat dalam Islam. Sedangkan jika dia menjawab seperti jawaban murid B, maka secara tidak sadar dia telah terjatuh kepada pemahaman Qadariyah, yaitu salah satu pemahaman sesat dalam Islam. Maka dari itu, sebelum menjawab suatu pertanyaan, cermati dulu isi pertanyaannya, dan jangan sembarang menjawab, karena bisa jadi pertanyaan tersebut hanya jebakan untuk kita. Alangkah baiknya pertanyaan tersebut diganti menjadi: ‘Apakah manusia mempunyai kehendak/kemampuan atau tidak?’ maka jawabannya sangat mudah dan tidak menjebak, tidak akan ada perdebatan dan permasalahan yang akan terjadi.”

Murid A : “Jika ada pertanyaan, ‘Apakah manusia mempunyai kehendak/kemampuan atau tidak?’, maka apa jawabannya guru?

Guru : “Jawabannya adalah manusia mempunyai kehendak untuk memilih dan berkemampuan untuk berbuat, tapi kemampuan dan kehendaknya mengikuti kehendak Allah, dan terjadi dengannya.”

Murid B : “Lantas guru, jika ada seseorang yang bertanya kepada kami seperti pertanyaan pertama yaitu apakah manusia berada dalam keadaan terpaksa atau diberi pilihan oleh Allah? Biasanya yang suka bertanya tentang hal ini adalah orang-orang dari Ahli Kalam. Apa yang harus kami perbuat, apakah diam saja (tidak menjawab pertanyaan tersebut)?”

Guru : “Sebenarnya pertanyaan tersebut walaupun menjebak tapi ada jawabannya.”

Murid A dan B : “Apa jawabannya guru?”

Guru : “Jawabannya adalah pertengahan di antara dua jawaban yang telah kalian katakan tadi. Karena Ahlus Sunnah berada pada pertengahan diantara dua kesesatan (yaitu Jabariyah dan Qadariyah). Manusia diberi pilihan dari satu sisi dan dalam keadaan terpaksa dari sisi yang lain. Dalil-dalilnya sama dengan yang kalian gunakan yaitu dengan cara menggabungkannya, dan tidak dengan cara mengambil dalil yang sesuai kemudian membuang dalil yang tidak sesuai dengan pemahamannya. Jadi dilihat dalam keadaannya terlebih dahulu, tidak dijawab atau dilihat secara mutlak (umum), karena hal ini butuh perincian. Wallahu a’lam.”

Murid A dan B : “Baik guru…”  · 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar