Pada zaman dahulu banyak keluarga muslim yang memiliki banyak anak. Namun sekarang kebanyakan orang memilih memiliki anak sedikit. Bahkan ada semboyan “keluarga kecil bahagia”. Benarkah demikian? Sesungguhnya anak-anak sebagai perhiasan dan kesenangan di dunia ini, dan memiliki banyak anak itu banyak sekali keutamaannya. Inilah di antaranya, berdasarkan keterangan agama:
1. Mewujudkan kebanggaan Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam.
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أَصَبْتُ امْرَأَةً ذَاتَ حَسَبٍ وَجَمَالٍ وَإِنَّهَا لَا تَلِدُ أَفَأَتَزَوَّجُهَا قَالَ لَا ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَنَهَاهُ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ
Dari Ma’qil bin Yasar, dia berkata: “Seorang lelaki datang kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam lalu berkata: “Aku mendapatkan seorang wanita yang memiliki hasab (kehormatan pada orang tuanya) dan kecantikan, tetapi dia tidak akan beranak, apakah aku boleh menikahinya?” Beliau menjawab: “Tidak”. Lalu lelaki itu mendatangi beliau kedua kali, maka beliau melarangnya. Lalu lelaki itu mendatangi beliau ketiga kali, maka beliau bersabda: “Menikahlah kamu dengan wanita yang penyayang dan banyak anak, sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu terhadap umat-umat lain”.
(HR. Abu Dawud, no: 2050; Nasai, no: 3227. Syaikh Al-Albani berkata: “Hasan Shohih”.)
2. Banyak harta dan anak disertai berkah merupakan perkara yang membahagiakan. Ummu Sulaim, ibu Anas bin Malik, berkata:
يَارَسُولَ اللَّهِ هَذَا أُنَيْسٌ ابْنِي أَتَيْتُكَ بِهِ يَخْدُمُكَ فَادْعُ اللَّهَ لَهُ فَقَالَ اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ قَالَ أَنَسٌ فَوَاللَّهِ إِنَّ مَالِي لَكَثِيرٌ وَإِنَّ وَلَدِي وَوَلَدَ وَلَدِي لَيَتَعَادُّونَ عَلَى نَحْوِ الْمِائَةِ الْيَوْمَ
“Wahai Rosululloh, ini Anas kecil, anakku, aku membawanya kepadamu agar melayanimu, maka doakan kebaikan untuknya”. Maka beliau berdoa: “Wahai Alloh, perbanyaklah hartanya dan anaknya (dan berkahilah untuknya pada apa yang Engkau berikan kepadanya)”. Anas berkata: “Demi Alloh, sesungguhnya hartaku sangat banyak, dan sesungguhynya anakku dan cucuku hari ini mencapai sekitar seratus. (HR.Muslim, no: 2481; dalam kurung riwayat Al-Bukhori)
3. Orang Islam yang kematian 3 atau 2 anak belum baligh, pasti masuk sorga, tidak akan masuk neraka.
Hal ini tentu tidak akan terjadi bagi orang yang tidak punya anak, atau hanya punya satu anak. Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَ لَهَا ثَلَاثَةٌ مِنْ الْوَلَدِ (لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ) كَانُوا حِجَابًا مِنْ النَّارِ قَالَتْ امْرَأَةٌ وَاثْنَانِ قَالَ وَاثْنَانِ
“Wanita mana saja yang kematian tiga anaknya yang belum baligh, mereka itu menjadi penghalang dari neraka”. Seorang wanita bertanya: “Dan dua (anak)?”. Beliau menjawab: “Dan dua”. (HR. Bukhori, no: 1249)
Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
لَا يَمُوتُ لِأَحَدٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ ثَلَاثَةٌ مِنْ الْوَلَدِ فَتَمَسَّهُ النَّارُ إِلَّا تَحِلَّةَ الْقَسَمِ
Tidaklah tiga anak seseorang dari umat Islam mati, lalu dia disentuh oleh neraka kecuali karena menetapi sumpah. (Yakni bahwa Alloh telah bersumpah bahwa seluruh manusia pasti akan melewati neraka, dan sumpah Alloh ini pasti akan dilaksanakan) HR. Bukhori; Muslim, no: 2632, dari Abu Huroiroh; dll)
4. Keutamaan mengasuh 3 atau 2 anak perempuan dengan sabar.
Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
“Barangsiapa menanggung dua anak perempuan kecil sehingga keduanya baligh, dia akan datang pada hari kiamat, aku dan dia (berdekatan)”, beliau mengumpulkan jari-jarinya. (HR. Bukhori di dalam Al-Adab, no: 894; Muslim, no: 2631; dari Anas)
Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقَاهُنَّ وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنْ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa memiliki tiga anak wanita, lalu dia bersabar terhadap mereka, memberi makan mereka, memberi minum mereka, memberi pakaian mereka, dari kekayaannya, mereka itu menjadi penghalang baginya dari neraka pada hari kiamat. (HR. Bukhori dalam Al-Adab, no:76; Ibnu Majah, no:3669; dari ‘Uqbah bin ‘Amir)
5. Keutamaan nafkah terhadap anak dan istri.
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Alloh, dan satu dinar yang engkau infakkan pada budak, dan satu dinar yang engkau shodaqohkan kepada seorang miskin, dan satu dinar yang engkau infakkan kepada keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah yang telah engkau infakkan kepada keluargamu.
(HR. Muslim, no: 995; dari Abu Huroiroh)
6. Tabarruk (mencari kebaikan) dengan doa anak sholih.
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika manusia mati amalnya terputus darinya kecuali dari tiga (perkara): dari shodaqoh jariyah (yang mengalir); atau ilmu yang dimanfaatkan; atau anak shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim, no: 1631; Abu Dawud, no: 2863; Tirmidzi, no: 1390; Nasai 6/251)
7. Anak termasuk amal orang tua, maka manfaat anak tetap didapati orang-tua, baik sewaktu hidup maupun setelah mati.
Sesungguhnya seseorang hanyalah memiliki apa yang telah dia usahakan. Dan anak termasuk usaha orang tua, sehingg seluruh amal shalih yang dilakukan anak, kedua orang tuanya juga mendapatkan semisal pahalanya, tanpa mengurangi pahala anak sedikitpun. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ
Sesungguhnya termasuk yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari usahanya, dan anaknya termasuk usahanya. (Abu Dawud, no: 3061; Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasai)
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
Sesungguhnya di antara apa-apa yang akan menyusul seorang mukmin dari amalnya dan kebaikan-kebaikannya setelah matinya adalah:
· Ilmu (bermanfaat/agama) yang dia ajarkan dan sebarkan;
· Anak shalih yang dia tinggalkan;
· Mush-haf yang dia wariskan;
· Masjid yang telah dia bangun;
· Rumah untuk Ibnu sabil yang telah dia bangun;
· Sungai yang telah dia alirkan;
· Atau shodaqah yang dikeluarkan dari hartanya, saat sehatnya dan hidupnya. (HR. Ibnu Majah, no: 242. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ahkamul Janaiz, hal: 224)
8. Banyak anak termasuk nikmat Alloh, dan unsur kekuatan suatu bangsa.
Allah Ta’ala berfirman menyebutkan kenikmatanNya kepada Bani Isroil:
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاهُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. (QS. 17:6)
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
قَالَ سُلَيْمَانُ لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى تِسْعِينَ امْرَأَةً كُلُّهُنَّ تَأْتِي بِفَارِسٍ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَطَافَ عَلَيْهِنَّ جَمِيعًا فَلَمْ يَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلَّا امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ جَاءَتْ بِشِقِّ رَجُلٍ وَايْمُ الَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فُرْسَانًا أَجْمَعُونَ
(Nabi) Sulaiman berkata: “Pada malam ini sungguh akau akan menggilir 90 wanita, mereka semua akan melahirkan seorang penunggang kuda yang akan berjihad di jalan Alloh”. Kawannya berkata kepadanya: “Ucapkanlah: insya Alloh”. Tetapi beliau tidak mengucapkannya insya Alloh. Kemudian beliau menggilir mereka semua, lalu tidak ada yang hamil di antara mereka kecuali satu, yang melahirkan setengah bayi. Demi (Alloh) Yang jiwa Muhammad di tanganNya, jika beliau mengucapkannya insya Alloh, niscaya mereka akan berjihad di jalan Alloh, semua para penunggang kuda. (HR. Bukhori, no: 6639; Muslim, no: 1654; dll)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar